Kan'an Tenggelam saat Banjir Bandang
Banjir kemudian semakin meninggi dan Kan'an tetap tidak mau masuk ke dalam kapal dan ingin menyelamatkan diri dengan cara berenang menuju puncak gunung yang belum tersentuh air. Kan'an menganggap bahwa air tidak akan sampai ke puncak gunung tersebut.
Dugaannya ternyata salah, air banjir bahkan menenggelamkan puncak gunung tertinggi sekalipun.
Disela percakapan antara keduanya, muncullah gelombang besar yang memisahkan antara bahtera Nabi Nuh dengan Kan'an. Seketika Kan'an lenyap dari penglihatan Nabi Nuh. Nabi Nuh berusaha mencari keberadaan putra sulungnya akan tetapi sia-sia.
Sebagai seorang ayah dan darah dagingnya, beliau sangat sedih karena putra yang amat disayanginya tenggelam oleh azab Allah. Pada saat Kan'an tenggelam, Nabi Nuh sempat memohon kepada Allah agar putranya diselamatkan karena Nabi Nuh mengingat bahwa Allah telah menjanjikan keselamatan bagi seluruh keluarganya.
Nabi Nuh kemudian bertanya-tanya mengapa putranya tidak selamat dari azab tersebut dan Allah menjawab bahwa putranya telah durhaka dan bukan termasuk keluarga yang dijanjikan Allah untuk selamat.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 45-46.
وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ
Artinya: Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya".
قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
Artinya: Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan".
Nabi Nuh kemudian menyadari kesalahannya dan segera memohon pengampunan kepada Allah SWT. Nabi Nuh kemudian mengikhlaskan kepergian putra dan istrinya yang zalim serta seluruh umatnya yang lebih memilih menyembah berhala yang merupakan perbuatan musyrik.
Apabila membahas tentang durhaka, maka selintas hal tersebut berhubungan dengan putra Nabi Nuh yang durhaka kepada orang tuanya. Bagaimana kisahnya?
Melansir pada buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul oleh Ust. Fatih, beginilah kisah Kan'an, putra pertama dari Nabi Nuh. Nabi Nuh telah dikaruniai empat orang putra. Putra pertama bernama Kan'an, putra kedua bernama Yafith, ketiga bernama Sam, dan keempat bernama Ham.
Putra tertua yang bernama Kan'an merupakan putra Nabi Nuh yang zalim dan durhaka. Sebab, Kan'an menyembunyikan rasa benci pada ayahnya sendiri yang dimulai berpura-pura beriman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika Nabi Nuh mengumpulkan seluruh umatnya, beliau teringat tentang Kan'an. Beliau meminta agar Kan'an naik ke bahtera bersama pengikut lainnya. Namun, dengan rasa angkuhnya, Kan'an menolak dan tetap pada pendiriannya yang tidak ingin beriman kepada Allah SWT.
Ketika air bah (banjir) sudah mulai meninggi, Nabi Nuh membujuk Kan'an untuk menaiki bahtera dan seraya berkata,
وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ
Artinya: "Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) Bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang kafir." (QS. Hud ayat 42)
Percakapan antara Nabi Nuh dan Kan'an saat air meninggi memuat dalam Al-Quran surah Hud ayat 43, yakni:
قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ
Artinya: "Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud: 43)
Di tengah-tengah percakapan antara keduanya, muncullah gelombang besar yang memisahkan antara bahtera Nabi Nuh dan Kan'an. Sebab gelombang tersebut, Kan'an lenyap dari pandangan Nabi Nuh. Beliau pun berusaha mencari keberadaan Kan'an. Namun sayang, putra sulungnya, Kan'an telah tenggelam oleh azab Allah.
Pada saat Kan'an tenggelam, Nabi Nuh sempat memohon kepada Allah SWT untuk menyelamatkan putra sulungnya. Percakapan antara Nabi Nuh dan Allah SWT dijelaskan dalam surah Hud ayat 45, yakni:
وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ
Artinya: "Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya."" (QS. Hud: 45)
Kemudian Allah SWT menjawab dalam surah Hud ayat 46 yang berbunyi:
قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
Artinya: "Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."" (QS. Hud: 46)
Nabi Nuh kemudian menyadari kesalahannya dan segera memohon ampunan kepada Allah SWT. Beliau segera mengikhlaskan kepergian putranya.
(sekitar 1 - 32M) adalah nabi dan rasul dalam agama Islam yang merupakan salah satu dari Ulul Azmi. Dalam Al-Qur'an, ia disebut Isa bin Maryam atau Isa almasih. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 29 M dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina dengan kitabya yakni Injil.
Dalam berdakwah, nabi Isa as didampingi para pengikutnya yang disebut al-Hawâriyyûn, yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku Bani Israil. Namun nama-nama hawari tersebut tidaklah disebutkan di dalam Al-Quran. Kisah para sahabat Isa ini terdapat dalam surat Al-Mâ'idah: 111-115 dan surat Ãli-'Imrân: 52. Dalam surat tsb diceritakan bahwa al-Hawâriyyûn meminta Isa untuk menurunkan makanan dari langit. Nama surat Al-Maidah yang berarti makanan diambil karena mengandung kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari langit ini makin menambah ketebalan iman para pengikut Isa
Namanya disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran. Cerita tentang Isa kemudian berlanjut dengan pengangkatannya sebagai utusan Allah, penolakan oleh Bani Israildan berakhir dengan pengangkatan dirinya ke surga.
Kisah kelahiran Isa berawal dari dari Maryam binti Imran. Sejak Maryam lahir, ayahnya sudah meninggal, lalu ia dirawat oleh nabi
. Maryam mengasingkan diri dari sanak keluarga ke suatu tempat sebelah timur Baitul Maqdis untuk beribadat.
42. Dan ingatlah ketika malaikat berkata kepada Maryam: "Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan melebihkanmu atas wanita-wanita lainnya di dunia.
43. "Hai Maryam! patuhlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang rukuk".
Dalam ibadahnya, Maryam memasang tabir untuk menutupinya dari dunia luar. Saat itulah datang di hadapannya malaikat Jibril untuk menyampaikan berita dari Allah bahwa Maryam akan diberi seorang anak yang suci.
Maryam bingung karena dirinya belum disentuh sekalipun oleh laki-laki, Jibril menerangkan bahwa hal tersebut adalah perkara mudah bagi Allah, sebagai bukti kekuasaan Allah, dan merupakan hal yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kemudian Maryam hamil dan pergi mengasingkan diri ke suatu tempat yang jauh.
16. Bacakanlah hai rasul kisah Maryam yang tersebut dalam Al Qur'an ini, ketika ia mengasingkan diri dari sanak keluarganya ke suatu tempat sebelah timur Baitul Maqdis untuk beribadat.
17. Dipasangnya tabir untuk menutupinya dari dunia luar. Maka Kami utus Jibril utusan kami kepadanya yang menjelma di hadapannya sebagai manusia dengan perawakan seutuhnya.
18. Dia merasa kaget lalu berkata: "Aku berlindung kepada Tuhan yang Maha Pengasih terhadapmu sekiranya kamu hendak mendapatkan dari aku apa yang diharamkam Allah kepadamu, jika kamu orang yang taqwa!"
19. Jibril menjawab: "Aku ini utusan Tuhanmu untuk memberikan seorang anak yang suci kepadamu"
20. Maryam bertanya: "Bagaimana aku dapat beroleh anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun, lagipula aku bukan wanita tuna-susila"
21. Jibril menjawab: "Ya begitulah! Tuhanmu berfirman: "itu perkara mudah bagi-Ku! Kami lakukan itu untuk Kami jadikan bukti kepada manusia atas kekuasaan Kami, dan sekaligus sebagai rahmat pula dari Kami. Peristiwa itu adalah hal yang sudah ditetapkan lebih dahulu dalam ilmu Tuhan yang azaly"
22. Maka Maryam pun Hamil. Lalu ia mengasingkan diri dengan kandungannya ke tempat yang jauh.
Saat Maryam merasakan akan melahirkan ia bersandar pada sebuah pohon kurma, lalu lahirlah Isa. Isa yang baru saja lahir sudah dapat berbicara, ia membesarkan hati ibunya dengan mengatakan bahwa Allah telah menjadikan seorang anak yang mulia yang lahir dari rahim Maryam. Lalu Allah memerintahkan kepada Maryam supaya menggoyangkan sebuah pohon kurma agar berjatuhan buahnya untuk dimakan, serta bila ada orang yang menanyakan tentang persoalan anaknya, maka Maryam harus mengatakan bahwa ia sedang bernazar untuk berpuasa tidak berbicara kepada manusia manapun pada hari ini.
23. Lalu rasa sakit akan melahirkan memaksanya untuk bersandar pada pohon kurma. Dia mengeluh: "Wahai kiranya aku mati saja sebelum hal ini terjadi, dan peristiwaku ini menjadi hal yang dilupakan saja".
24. Lalu Isa memanggilnya dari bawah:"Janganlah bunda bersdih hati, karena Allah telah menjadikan seorang anak yang mulia di bawah tempatmu melahirkan.
25. Rangkullah pohon kurma itu ke arahmu dan goyangkanlah, niscaya buahnya yang ranum akan berguguran kepadamu.
26. Makanlah buahnya, dan minumlah sarinya, serta senagkanlah hatimu! Jika kau melihat seseorang manusia yang ingin menanyakan kepadamu, isyaratkanlah kepadanya: aku telah bernazar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih akan berpuasa, tidak akan berbicara dengan manusia manapun pada hari ini
Kemudian maryam membawa anaknya pulang ke kaumnya, namun kaumnya menyangka Maryam telah melakukan hal yang keji, dan menanyakan dari dari mana asal anaknya tersebut. Saat itu yang menjawab semua pertanyaan adalah Isa sendiri yang kala itu masih bayi, seperti yang dijelaskan dalam al Qur'an surat Maryam ayat 27 sampai 34
27. lalu Maryam pulang kepada kaumnya sambil menggendong bayinya. kaumnya berkata: "Hai Maryam! kau telah melakukan perbuatan yang amat keji"
28. Hai Yunda(Kakak perempuan) Harun! Bapakmu bukan laki-laki hidung belang, dan ibumu bukan pula wanita tuna susila, lalu bayimu itu dapat dari mana?"
29. Lalu Maryam mengisyaratkan agar mereka berbicara dengan bayinya. Mereka bertanya: "bBagaimana kami kan berbicara dengan bayi yang masih dalam ayunan?"
30. Sang bayi berkata: "Aku adalah seorang hamba Allah, Dia akan memberiku al Kitab, dan akan menjadikan aku seorang nabi,
31. dan Dia akan menjadikan aku seorang yang berguna bagi umat manusia di manapun aku berada, dan diperintahkan-Nya aku mengerjakan shalat dan menunaikan jakat selama aku masih hidup, 32. Serta berbakti kepada ibuku. Sebaliknya Ia tidak menjadikan aku seorang yang sombong dan durhaka. 33. Semoga keselamatan dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan dan pada hari aku diwafatkan serta pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".
Orang-orang Yahudi dan Nasrani meragukan dan berbeda pendapat tentang Isa. Ada yang memandangnya sebagai Tuhan, dan ada pula yang memandangnya sebagai oknum yang ketiga dari Trinitas. sebenarnya mereka tidak tahu bahwa Allah tidak membutuhkan anak. Sekiranya Allah membutuhkan, tidak perlu mengutus Jibril kepada Maryam, tidak perlu melalui kehamilan, dan tidak perlu melalui kelahiran dan sebagainya, tapi cukup dengan sebuah kalimat-cipta: "KUN"
34. Itulah Isa putra Maryam menurut firman Kami yang sebenarnya. tapi mereka berbeda pendapat tentang kebenaran itu.
35. Tiada layak bagi Allah mempunyai anak! Maha Suci Dia! Bilamana ia menghendaki sesuatu, Ia hanya berfirman ke[padanya: "KUN", maka terjadilah ia menurut yang Dia kehendaki.
36. Sesungguhnya Allah, adalah Tuhanku dan Tuhanmu , karena itu sembahlah Dia! inilah jalan yang lurus.
37. namun beberapa golongan dari kaum Isa berbeda pendapattentang Isa. Celakalah orang-orang kafir itu saat menyaksikan siksa yang amat dahsyat pada Hari yang Agung(nama lain dari hari kiamat)
45. Dan ingat pulalah ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam! Sesungguhnya Tuhan menyampaikan berita gembira dengan sebuah kata cipta(KUN) daripada-Nya namanya Almasih Isa bin Maryam, orang terhormat di dunia dan akhirat, termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah.
46. Dia dapat berbicara dengan orang lain selagi masih dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk orang baik-baik".
47. Kata Maryam: "Wahai Tuhanku! Bagaimana aku dapat memperoleh anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun?" Allah berfirman dengan perantaraan malaikat Jibril: "begitulah. Allah menciptakan apa yang Da kehendaki. Bila Dia menghendaki sesuatu, hanya tinggal mengucapkan "Kun!". lalu terjadilah ia.
Allah mengajarkan kepada Nabi Isa menulis dan membaca, ilmu hikmat, Taurat dan Injil. Dan diangkat sebagai Rasul untuk kaum Bani Israil. Selain dapat berbicara saat dilahirkan, Allah memberikan mukjizat yakni Isa menjadikan burung yang hidup dari tanah liat, menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penyakit sopak, menghidupkan orang mati, dan mengetahui makanan yang dimakan dan disimpan oleh seseorang.
Nabi Isa membenarkan kitab Taurat yang datang sebelumnya, selain itu Allah juga memberikan kepadanya Kitab Injil. Nabi Isa menyampaikan kepada umatnya untuk bertaqwa dan menyembah Allah. Karena Allah adalah Tuhan Isa dan Tuhan seluruh manusia.
48. Dan Tuhan akan mengajarkan kepadanya menulis dan membaca, Torat dan Injil.
49. Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul untuk Bani Israil. Katanya: "Aku ini datang kepadamu membawa tanda muk-jizat dari Tuhanmu yaitu aku dapat membuat dari tanah liat ini rangka burung untuk kamu, kemudian aku tiup lalu ia menjadi seekor burung dengan ijin Allah. Dan aku sanggup menyembuhkan penyakit sopak, dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Lagipula aku dapat memberitahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu masing-masing. Semua itu adalah menjadi tanda buat kamu, kalau kamu benar-benar beriman.
50. Dan aku datang membenarkan kitab Torat yang datang lebih dahulu, dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian dari apa yang dahulu pernah diharamkan kepada Bani Israil dan aku datang dengan membawa mukjizat dari Tuhanmu dan taatlah kepadaku!
51. Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhan kamu juga, sembahlah Dia! Inilah jalan yang lurus."
Dakwah nabi isa tidak dindahkan oleh kaum bani Israil, namun hanya diikuti oleh Kaum hawari, yakni murid-murid pilihan sebagai pengikut setia Isa yang mendampinginya siang dan malam. Seperti dalam Al Qur'an surat Ali-Imran ayat 52-55, selain diterangkan tentang kaum Hawari, di ayat tersebut diterangkan pula tentang Isa yang dimatikan secara wajar oleh Allah.
Dalam Ali-Imran ayat 55 secara gamlang diterangkan bahwa Allah mematikan Isa secara wajar. Kata "tawaffa" yang menjadikan pokok dari kata "mutawaffiika" pada ayat ini, banyak sekali ditemukan dalam Al Qur'an. Semuanya bermakna mati secara wajar, bukan mati dibunuh atau disalib.
52. Setelah terasa oleh Isa keingkaran kaumnya, berkatalah ia: "Siapakah yang bersedia menjadi pembela-pembelaku untuk menegakkan agama Allah?" Sahabat-sahabatnya yang dinamakan kaum Hawari menjawab: "Kamilah pem,bela-pembela agama Allah, kami telah beriman kepada Allah. Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri.
53. Wahai Tuhan kami! Kami telah beriman kepada Injil yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul Isa. Karena itu masukkanlah kami bersama orang-orang yang mengakui kerasulannya."
54. Lalu mereka kaum Yahudi mengadakan tipu muslihat mereka. Allahpun membalas tipu-muslihat mereka. Dan Allah yang paling ampuh tipu-muslihat-Nya.
55. Ingatlah ketika Allah berfirman: "Hai Isa! Aku akan mematikan, dan mengangkat ruhmu di sisi-Ku, serta membersihkanmu dari tuduhan orang-orang yang kafir. Dan pengikut-pengikutmu akan aku jadikan lebih mulia daripada orang-orang kafir sampai pada hari kimat. Kemudian kepada-Kulah tempat kembalimu. nanti akn aku beri keputusan kepadamu tentang persoalan-persoalan yang kamu perselisihkan itu."
Kaum Yahudi membuat tuduhan yang keji kepada Maryam dan membuat fitnah seolah mereka telah membunuh Isa. Al-Qur'an menerangkan dalam surat An Nisaa':157 bahwa Isa tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah seperti Isa.
156. Dan juga karena kekafiran mereka terhadap nabi Isa, juga karena tuduhan mereka terhadap maryam berupa tuduhan yang sangat keji.
157. lagi pula karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Muslim menyangkal adanya penyaliban dan kematian atas diri Isa ditangan musuhnya. Al-Qur'an menerangkan Yahudi mencari dan membunuh Isa, tetapi mereka tidak berhasil membunuh dan menyalibkannya. Isa diselamatkan oleh Allah dengan jalan diangkat ke tempat yang mulia dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. Al Qur'an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini.
Oarng -orang ahli kitab Yahudi dan Nasrani akan percaya penuh kepada kerasulan Isa tatkala ajalnya sudah dekat seperti yang diterangkan dalam surat An Nisaa':159.
Nabi Isa alaihissalam disebutkan dengan banyak nama di dalam Al-Quran. Sebutan yang paling umum adalah "Isa bin Maryam" (Isa putra Maryam), kadang-kadang diawali dengan julukan lain. Isa juga diakui sebagai seorang nabi dan utusan (rasul) Allah. Istilah wadjih ("patut dihargai dalam dunia ini dan selanjutnya"), mubarak ("diberkati" atau "sumber manfaat bagi orang lain"), `abd-Allah (hamba Allah) adalah semua yang digunakan dalam Al-Qur'an dalam memberikan nama/julukan kepada Isa.
Isa adalah sebagai seorang nabi pendahulu
, dan menyatakan bahwa setelah ia akan muncul seorang nabi terakhir, sebagai penutup dari para nabi utusan Tuhan. Hal ini berdasarkan dari ayat Al-Qur'an, di mana Isa menyatakan tentang seorang rasul yang akan muncul setelah dia, yang bernama Ahmad. Islam mengasosiasikan Ahmad sebagai
sebagai nabi dan Rasul terakhir, penutup seluruh nabi.
Kisah Putra Nabi Nuh as
Nabi Nuh as memiliki empat putra, yaitu Sam, Ham, Yafet dan Kan'an. Diantara mereka, Kan'an satu-satunya anak Nabi Nuh as yang mengabaikan ajakan ayahnya dan tidak mau beriman, yang akhirnya mendapatkan azab Ilahi berupa badai topan yang menenggelamkannya bersama dengan orang-orang kafir. [1]
Kisah putra Nabi Nuh as dalam Alquran sebagaimana tujuan dari kisah-kisah Alquran lainnya sehingga rincian kisah dan karakteristik khusus putra Nabi Nuh as tidak disampaikan secara detail. [2]
Satu-satunya penggambaran mengenai putra Nabi Nuh as dalam Alquran yaitu ketika badai topan telah dimulai dan putra Nabi Nuh as berada di luar bahtera. Menurut Alquran, Nabi Nuh as ketika mellihat putranya, ia segera mengajaknya untuk menaiki bahtera agar selamat namun putranya tersebut mengabaikan permintaan ayahnya dan berkata akan pergi ke puncak gunung yang disebutnya ia akan di tempat tersebut. Nabi Nuh as kembali mengajak putranya untuk naik ke bahtera dan berkata bahwa topan tersebut adalah azab dari Allah swt yang tidak ada yang akan selamat kecuali Allah swt menghendaki.
Kemudian gelombang air menerjang memisahkan keduanya, sampai pada akhirnya putra Nabi Nuh as tewas ditelan badai. [3]
Ketidaktahuan Nabi Nuh as atas Kekufuran Putranya
Banyak dari kalangan mufasir berpendapat bahwa Nabi Nuh as tidak mengetahui sebelumnya mengenai kekufuran putranya sehingga ketika melihat putranya itu, ia mengajaknya untuk ikut naik ke atas bahtera. [8] Karena jika Nabi Nuh as telah mengetahui bahwa putranya itu kufur, maka tentu ia tidak akan mengajak putranya tersebut. Nabi Nuh as sebelumnya telah mengecam kekufuran dan menghendaki dari Allah swt agar tidak menyisakan orang-orang kafir hidup di muka bumi dan tentu mengkhususkan doanya tersebut tidak tertimpa untuk anaknya karena hubungan kekeluargaan adalah sesuatu yang tidak dapat diterima akan dilakukan oleh Nabi Nuh as. [9]
Sebagian dari mufasir dengan melihat cara Nabi Nuh as berdialog dengan putranya sebagaimana yang diriwayatkan dalam Alquran menunjukkan Nabi Nuh as tidak mengetahui mengenai kekufuran putranya tersebut. Jika Nabi Nuh as mengetahui sebelumnya bahwa putranya itu kufur, ia tidak akan berkata, "Janganlah engkau bersama orang-orang kafir", [10] melainkan akan berkata, "Janganlah engkau termasuk golongan orang-orang kafir." Karena pada kalimat pertama sebagaimana yang tertulis dalam Alquran menunjukkan arti bersama-sama akan mendapatkan bala dan bencana karena berada pada tempat yang sama, tidak menunjukkan bahwa putranya itu juga termasuk orang-orang kafir, dengan kalimat permintaan dari Nabi Nuh as tersebut menunjukkan bahwa ia tidak mengetahui kekufuran anaknya sehingga ia menyarankan agar putranya tersebut tidak bersama-sama dengan orang-orang kafir. [11]
Allamah Thabathabai berkeyakinan dari lahiriyah ayat menunjukkan bahwa Allah swt telah berjanji pada Nabi Nuh as akan menyelamatkan dia bersama keluarganya dari |badai topan, namun dikarenakan Nabi Nuh as tidak mengetahui kekufuran putranya, ia sebagaimana diceritakan dalam Surah Hud ayat 45 menagih janji tersebut kepada Allah swt. [12]
Nabi Nuh diberi mukjizat untuk membangun sebuah kapal besar yang menyelamatkan Ia dan kaum beriman lainnya dari azab Allah SWT. Ketika banjir bandang melanda dan membinasakan kaum Nabi Nuh yang ingkar, salah satu yang tak selamat adalah Kan'an, putra tertua Nabi Nuh.
Nabi Nuh dikaruniai empat orang anak yakni Kan'an, Yafith, Sam dan Ham. Sebagai putra tertua, Kan'an dikenal sebagai sosok yang zalim dan durhaka kepada orangtuanya. Ia akhirnya binasa bersama kaum yang ingkar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul oleh Ahmad Fatih, disebutkan bahwa Kan'an berpura-pura menjadi orang beriman padahal ia menyembunyikan rasa benci yang teramat dalam pada sang ayah. Bahkan Kan'an dan ibunya yang merupakan istri Nabi Nuh sering menghina dan mencemooh Nabi Nuh.
Kan'an adalah salah putra dari Nabi Nuh AS. Ia merupakan anak yang durhaka dan menyembunyikan kebencian terhadap sang ayah dengan berpura-pura beriman.
Menukil dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ustaz Fatih, Nuh AS memiliki empat orang putra. Putra pertamanya bernama Kan'an, putra kedua bernama Yafith, ketiga bernama Sam dan keempat bernama Ham.
Suatu hari, Nabi Nuh AS memerintahkan kaumnya untuk naik ke bahtera. Ia juga membawa hewan-hewan naik ke bahtera tersebut agar selamat dari azab yang Allah SWT ditimpakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, Allah SWT mengazab kaum Nabi Nuh AS yaitu bani Rasib seperti dijelaskan dalam Qashash al-Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid. Mereka memperlakukan Nuh AS dengan kasar dan menyekutukan sang Khalik hingga akhirnya Allah SWT menurunkan banjir bandang yang luar biasa dahsyatnya.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 14-15,
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ ١٤فَاَنْجَيْنٰهُ وَاَصْحٰبَ السَّفِيْنَةِ وَجَعَلْنٰهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ١٥
Artinya: "Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim. Maka, Kami selamatkan Nuh dan para penumpang bahtera serta Kami jadikannya sebagai pelajaran bagi alam semesta."
Kan'an enggan ikut dengan sang ayah meski Nabi Nuh AS sudah memintanya. Ini diceritakan dalam firman Allah SWT dalam surah Hud ayat 42-43,
وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ
Artinya: "Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir,"
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!"
Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang."
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud: 42-43)
Dikisahkan dalam buku Insan Pilihan Tuhan tulisan M Arief Hakim, Kan'an tidak mendengar sang ayah dan mendaki ke atas gunung untuk menyelamatkan diri tanpa rasa takut. Air terus mengejarnya sampai ke puncak gunung.
Putra Nuh AS berpikir dia akan selamat namun nyatanya air bah menelan Kan'an dan ia tenggelam dalam pusaran air yang dahsyat bersama kaum Nuh AS yang zalim. Dalam keadaan seperti itu, Nabi Nuh AS memohon kepada Allah SWT agar putranya diselamatkan seperti disebutkan pada surah Hud ayat 45,
وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ
Artinya: "Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya."
Lalu, Allah SWT menjawab dalam firman-Nya pada surah Hud ayat 46,
قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
Artinya: "Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."
Kisah Kan'an, putra Nabi Nuh AS, yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah SWT semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang ingkar. Naudzubillah min dzalik.
Nabi Nuh teringat akan putranya. Sebagai bapak yang sayang pada anaknya, Nuh as memanggil sang anak untuk naik ke kapal bersama keluarganya yang lain, sedangkan putranya berada dalam kekafiran.
Maka Nabi Nuh berkata, “Hai anakku, naiklah engkau bersama kami agar engkau selamat dari hanyut dan janganlah engkau masuk dalam golongan orang-orang kafir yang mengingkari agama Allah.”
Namun putranya tidak menjawab seruan Allah Swt dan tetap durhaka seraya menduga bahwa yang akan terjadi merupakan peristiwa alam biasa.
Maka ia pun berkata kepada Ayahnya, “Aku akan berlindung ke gunung yang tidak dapat dicapai air, sehingga aku tidak akan tenggelam.”
Ayahnya menjawab, “Tidak satu kekuatan pun yang sanggup mencegah tenggelamnya seorang yang telah ditakdirkan Allah yang menenggelamkan sebagai balasan bagi orang-orang kafir.”
Putranya tetap menolak dan menyangka bahwa usahanya untuk mencapai puncak gunung dapat menyelamatkannya dari tenggelam. Akan tetapi kekuatan air dan tingginya gelombang telah menghanyutkan putra yang sesat dan kafir itu.
Zaid Husein Alhamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul
Putra Nabi Nuh as adalah salah saeorang anak dari Nabi Nuh as yang karena menolak beriman, ia bersama orang-orang kafir mendapatkan azab dari Allah swt berupa ditenggelamkan lewat angin badai. Kisah mengenai putra Nabi Nuh as ini diceritakan dalam Alquran pada Surah Hud ayat 40 sampai 47. Terdapat perbedaan pendapat antara mufasir mengenai beberapa bagian detail dari peristiwa tersebut. Mayoritas mufasir berpendapat, ia adalah putra kandung Nabi Nuh as yang kekafirannya tidak diketahui oleh Nabi Nuh as yang karena itu ia mengajak putranya itu untuk ikut menaiki bahtera agar selamat.
mengajak putranya menaiki bahtera dalam Kitab Majma' al-Tawarikh abad 9 H
Nabi Nuh Mengajak Kan'an Naik Bahtera
Ketika Nabi Nuh mengumpulkan seluruh umatnya, beliau teringat akan putra tertuanya yaitu Kan'an. Beliau meminta agar Kan'an naik ke bahtera bersama pengikutnya yang lain. Namun dengan angkuhnya Kan'an justru menolak dan tetap pada pendiriannya tidak ingin beriman kepada Allah.
Peristiwa ini tercatat dalam Al-Qur'an Surat Hud ayat 42
وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ
Artinya: Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir".
Kecintaan Nabi Nuh pada sang putra ditunjukkan bahkan ketika air bah mulai meninggi. Nabi Nuh terus membujuk agar putranya mau naik ke atas bahtera. Namun bujukan sang ayah justru diingkari. Kan'an lebih memilih untuk berlindung di gunung.
Dalam Surat Hud ayat 43, Allah SWT berfirman,
قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ
Artinya: Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Syubhat mengenai Putra Nabi Nuh as
Pada ayat 46 dalam surah Hud disebutkan, "Wahai Nuh, ia bukan dari keluargamu" menimbulkan polemik dan perbedaan pendapat di kalangan mufasir mengenai status Kan'an. Sebagian dengan bersandar pada ayat ini dan juga ayat lainnya seperti ayat 10 Surah Al-Tahrim yang menyebutkan istri Nabi Nuh as sebagai contoh istri yang berkhianat. Mereka berpendapat bahwa anak yang ditenggelamkan tersebut bukan anak kandung Nabi Nuh as melainkan anak haram dari istrinya. [4] Sementara banyak mufasir lain dari kalangan Ahlusunah dan Syiah dengan bersandar pada riwayat yang ada, berpendapat tafsir ayat 45 dan 46 pada Surah Hud tidak membenarkan pandangan tersebut, dan berkeyakinan kata "فخانتاهما" (lalu kedua istri itu berkhianat pada kedua suaminya) dalam Alquran tidak menunjukkan bahwa istri Nabi Nuh as pelaku zina sehingga tidak bisa dikatakan bahwa ia memiliki anak haram. [5]
Allamah Thabathabai berpendapat bahwa yang tengelam dalam lautan badai adalah putra kandung dan sah Nabi Nuh as. Ia bersandar pada bentuk panggilan sebagaimana yang diceritakan dalam Surah Hud ayat 42, "Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami", jenis panggilan tersebut adalah panggilan kasih sayang yang hendak menunjukkan bahwa ia mencintai dan menginginkan kebaikan bagi putranya tersebut. [6] Pendapat bahwa Kan'an adalah putra kandung Nabi Nuh as juga disebutkan dalam Tafsir al-Amtsal (Tafsir Nemuneh), Majma' al-Bayan dan Tafsir Thabari sehingga diakui sebagai pendapat yang paling kuat. [7]